Hobi Merajut, tren baru Genderless Hobby

Sebuah berita online mengusik hati. Dikisahkan di berita tersebut, seorang ibu kesal terhadap anak laki-lakinya yang hobi merajut. Dia berharap, sebagai anak-anak laki-laki, harusnya berhobi main bola, layangan, atau aktivitas luar ruang lainnya. Saking kesalnya si Ibu membuang semua peralatan rajut sang Anak. Perilaku si Ibu ini diceritakan oleh seseorang yang risau akan keponakan laki-lakinya yang dilarang merajut lagi. Seperti biasa, ramailah warganet berkomentar, sebagian besar menyalahkan si Ibu. Ada pula yang curcol, bahwa dia pun mengalami hal yang sama. Ada pula yang komentar, membesarkan hati sang Anak yang berusia kira-kira 10 tahunan ini. Berita tersebut disisipkan pula foto sang Anak agak disamarkan dan hasil karyanya, yang terlihat rapi dan expert. Sebetulnya pria hobi merajut sudah menjadi trend di kalangan anak-anak muda, bahkan ada komunitasnya

Manfaat Hobi

Kata hobi merupakan serapan bahasa Inggris, hobby, yang intinya merupakan kegiatan yang dilakukan pada waktu luang untuk memenangkan pikiran seseorang.
Hobi bermacam-macam, ada yang berupa aktivitas fisik, misalnya olahraga,archery (panahan), naik gunung, naik sepeda, dan kegiatan luar ruang lainnya. Ada pula hobi yang berkaitan dengan merawat hewan peliharaan. Lalu hobi yang membutuhkan ketelatenan, misalnya berkebun, merajut, menyulam, menjahit, memasak, mengumpulkan pernak-pernik, membaca, main musik, ngegame, hingga ngeblog.

Hobi berkaitan erat dengan passion seseorang. Kadang orang lain tidak mengerti, kenapa orang lain berhobi sesuatu hal. Seringkali sulit dijelaskan juga, kenapa orang tertarik dengan hobi yang ditekuni.
Pada beberapa kesempatan, hobi ternyata bisa menghasilkan. Bahkan menjadi escape door jitu saat kepepet darimana lagi bisa menghasilkan pemasukkan.

Contohnya hobi memasak. Banyak rumah tangga yang terselamatkan ekonomi keluarganya, karena si Ibu hobi memasak, kemudian dijual. Begitu intensnya kesibukan si Ibu, akhirnya seluruh anggota keluarga termasuk kepala keluarga banting stir, membantu kegiatan masak-memasak menjadi bisnis kuliner.

Genderless Hobby

Membahas tentang anak yang dilarang ibunya merajut tersebut, ada seseorang yang komen, bahwa merajut itu genderless hobby. Saya malah baru tahu ada istilah genderless hobby tersebut.
Mungkin maksudnya, siapa saja boleh melakukan tanpa dibatasi hanya wanita atau pria saja yang melakukan.
Saya jadi ingat teman saya seangkatan kuliah. Dia hobi banget naik gunung. Malah pernah dijuluki Srikandi Pendaki Gunung. Setiap tanggal 21 April dia bersama komunitas perempuan pendaki gunung menancapkan bendera Merah-Putih di puncak sebuah gunung dan dalam keadaan berkebaya.
Tentu saja, baju kebaya dan kain batiknya hanya lapisan luar dari baju naik gunungnya. Kalau dilirik bagian kaki di foto yang diunggah ke media sosial, ya masih memakai sepatu pendaki gunung. Tidak lalu memakai selop jinjit.

Saya menghormati hobi teman saya itu, walaupun tak mungkin lah saya melakukan yang sama. Selain mungkin nafas yang kurang panjang, saya lebih memilih hobi menjahit atau bikin kue saja.
Perempuan berhobi naik gunung atau kegiatan macho lainnya, sepertinya masyarakat masih maklum.

Tetapi berbeda kasus dengan laki-laki yang hobi memasak atau seperti dikisah awal, hobi merajut. Orang tua terutama ibu seringkali panas dingin, bila menjumpai anak laki-lakinya tertarik turun ke dapur. Tak sedikit ibu mertua yang komentar panjang pendek ke menantu perempuan, bila menjumpai anak laki-lakinya membantu istri di dapur.
Padahal di dunia ini, chef atau pakar kuliner justru didominasi oleh pria. Orang sepertinya maklum kalau berkaitan dengan profesi, bolehlah kegiatannya masak-memasak. Tetapi kalau hobi, no way.

Kalau berkaitan dengan passion sebetulnya tak ada larangan, mau siapa saja naik gunung, atau siapa saja merajut. Yang belum ada barangkali, orang yang hobi naik gunung sekaligus merajut. Asik juga barangkali, ada foto yang dishare di media sosial, pria ganteng merajut di puncak gunung Semeru. Lalu dibuat judul yang clickbait.

Penasaran dengan kegiatan merajut yang bikin baper seorang ibu hingga membuang peralatan rajut anak laki-lakinya. Saya pun berselancar, ada tidak di belahan dunia ini, cowo merajut.
Ternyata banyak! Bahkan menjadi sebuah trend dan ada komunitasnya.

Menurut sejarah ternyata aktivitas merajut awalnya justru dilakukan pria di abad pertenghan, zaman raja-raja di Inggris. Waktu itu malah belajarnya 6 tahun, dan ada semacam ujiannya. Belakangan barulah merajut identik dengan aktivitas feminin, yang tabu dilakukan pria.

Manfaat Hobi Merajut

Sama halnya dengan hobi-hobi yang lain, ada kepuasan tersendiri bagi yang menekuni dan menjadi terampil serta berpengalaman.
Merajut ada dua macam, yang menggunakan alat dua batang logam atau bambu (knitting) dan menggunakan alat logam berkait (crochet). Keduanya membutuhkan ketrampilan dan life skills yang tidak mudah.

Berikut manfaat dari hobi merajut:

1 – Melatih otak kanan dan otak kiri.
Merajut bukan asal menggerakkan alat rajut dan benang, tetapi ada perhitungan jumlah langkah, pola rajut, dan ukuran hasil jadi yang diinginkan. Selain melatih ketelitian juga melatih rasa akan keindahan.

2 – Melatih motorik halus
Banyak keluhan dari para orang tua tentang anak-anak mereka yang kecanduan games dan terpaku dengan layar gadget. Merajut melatih kepekaan motorik halus dan mata tidak terpapar radiasi layar gadget.

3 – Melatih kesabaran
Ibu saya dulu piawai merajut, sayangnya saya tak belajar. Untuk menghasilkan suatu bentuk pullover dengan pola untaian rantai di bagian dada, perlu waktu yang tidak sebentar. Para pehobi rajut ini harus memperhitungkan ukuran atau tekstur benang berbeda, hasil akhirnya beda. Bagi beberapa orang, merajut menghilangkan stress dan menjadi semacam meditasi.

4 – Menambah pertemanan
Seperti halnya hobi-hobi lain, orang yang mempunyai minat yang sama akan membentuk komunitas untuk saling bertukar ilmu. Di Bandung ada yang namanya Komunitas Rajut Bandung dan anggotanya lebih dari 400 orang beragam usia dan gender. Komunitas Male Knitting secara khusus memang belum ada, tetapi sebetulnya masyarakat tidak masalah dengan keberadaan mereka.

Hobi merajut bukan lagi berkonotasi aktivitas yang hanya dilakukan eyang-eyang, pria hobi merajut boleh-boleh saja. Apapun hobinya, yang penting hidup kita seimbang, bukan?
Nah, apa hobimu?

Cek hobiku di:
https://www.haniwidiatmoko.com/2019/04/komunitas-hobi-jahit-dan-sukses-menjahit-sendiri-kebaya-seragam-sehari-jadi/

2 pemikiran pada “Hobi Merajut, tren baru Genderless Hobby”

  1. Hobi saya banyak..berkebun salah satunya😊. Btw saya baru tau lho ada komunitas merajut pria..menarik juga ya. Dan saya juga pengen banget nih belajar merajut. Belom kesampean aja😀

    Balas

Tinggalkan komentar

BRT Network adalah arena bermain dan belajar para blogger untuk bisa berbagi ilmu, pengetahuan, update dunia blogging, untuk bertumbuh bersama-sama

Contact

Please Mail Us

or copy this email: pewe@brtnetwork.id